Mama mengapa mama tidak menginginkanku?


Mama, diusiaku yang ke 100 hari di tubuhmu, aku sudah 8 cm, organ tubuhku sudah mulai terbentuk hari ini aku sudah belajar menghisap jempol mungilku tiap kali aku menghisapnya aku pasti tertidur lelap

Mama, sekarang usiaku sudah 15 Minggu, aku sudah bisa mendengar suaramu, aku suka sekali mende...ngar kan suara mama, namun yang paling kusuka adalah suara detak jantung mama setiap kali aku mendengarnya aku merasa nyaman

Mama, aku punya kabar baik untukmu diusiaku yang menginjak 16 Minggu, tahu tidak? aku seorang laki-laki...Mama pasti senang mendengarnya. Aku selalu ingin agar mama bahagia. Aku tidak suka kalau mama menangis, sering aku dengar mama menangis, tahu tidak mama, aku juga ikut menangis, tapi mungkin mama tidak mendengarnya.

Horeee, Mama aku sudah tumbuh rambut, tidak banyak memang tapi suatu saat pasti akan lebat. diusiaku yang 17 minggu ini aku juga bisa menggerakkan badanku meski tidak banyak, seringkali aku ngulet lho...mungkin mama bisa merasakannya.

Hari ini mama ke dokter, aku mendengar suara, itu bukan suara mama. ia mengatakan sesuatu tentang aborsi...apa itu aborsi, Ma?Mama aku tak mau mendengar suara dokter lagi...aku tidak suka mendengar suaranya dan suara orang yang minggu lalu berkata aborsi, terdengar tidak ramah.

Suatu Hari
Mama, apa ini...sesuatu berusaha menusuk ku sepertinya tajam sekali...Mama...sakit...Tolong
suruh orang itu menghentikannya mama, aku kesakitan disini, aku tidak bisa menghindari benda ini. Tolong mama!!!

MINGGU KE 20
Mama, aku baik baik saja. Aku berada di tempat yang indah sekali Aku sekarang bersama Penciptaku disini. Ia yang memberitahuku tentang aborsi saat aku menanyainya. Mama mengapa mama tidak menginginkanku?
 (Kutipan dari Anonimus)

Jangan Benci Aku, Mama...


Dua puluh tahun yang lalu aku melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Hasan, suamiku, memberinya nama Erik. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Aku berniat memberikannya kepada orang lain saja atau dititipkan di panti asuhan agar tidak membuat malu keluarga kelak.

Namun suamiku mencegah niat buruk itu. Akhirnya dengan terpaksa kubesarkan juga. Di tahun kedua setelah Erik dilahirkan, akupun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Kuberi nama Angel. Aku sangat menyayangi Angel, demikian juga suamiku. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan & membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah.

Namun tidak demikian halnya dengan Erik. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Suamiku sebenarnya sudah berkali-kali berniat membelikannya, namun aku selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Suamiku selalu menuruti perkataanku.

Saat usia Angel 2 tahun, Suamiku meninggal dunia. Erik sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya aku mengambil sebuah tindakan yang akan membuatku menyesal seumur hidup. Aku pergi meninggalkan kampung kelahiranku bersama Angel. Erik yang sedang tertidur lelap kutinggalkan begitu saja.

Kemudian aku memilih tinggal di sebuah rumah kecil setelah tanah kami laku terjual untuk membayar hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.......... telah berlalu sejak kejadian itu.

Kini Aku telah menikah kembali dengan Beni, seorang pria dewasa yang mapan. Usia pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Beni, sifat-sifat burukku yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang.

Angel kini telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkannya di asrama putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Erik dan tidak ada lagi yang mengingatnya. Sampai suatu malam. Malam di mana aku bermimpi tentang seorang anak. Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali. Ia melihat ke arahku. Sambil tersenyum ia berkata, "Tante, Tante kenal mama caya? caya lindu cekali camaMama!"

Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun aku menahannya,

"Tunggu..., sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak manis?"

"Nama caya Elik, Tante."

"Erik? Erik... Ya Tuhan! Kau benar-benar Erik?"

Aku langsung tersentak bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai perasaan aneh lainnya menerpaku saat itu juga. Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu, seperti sebuah film yang sedang diputar di kepala. Baru sekarang aku menyadari betapa jahatnya perbuatanku dulu. Rasanya seperti mau mati saja saat itu.

Ya, sepertinya saya memang harus mati..., mati..., mati... Ketika tinggal seinchi jarak pisau yang akan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba bayangan Erikmelintas kembali di pikiranku. Ya Erik, Mama akan menjemputmu Erik...sabar ya nak...."

Sore itu aku memarkir mobil biruku di samping sebuah gubuk, dan Beni suamiku dengan pandangan heran menatapku dari samping. "Maryam, apa yang sebenarnya terjadi?"

"Oh, suamiku, kau pasti akan membenciku setelah kuceritakan hal yang telah kulakukan dulu." tetapi aku menceritakannya juga dengan terisak-isak.

Ternyata Tuhan sungguh baik kepadaku. Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangisku reda, aku pun keluar dari mobil diikuti oleh suami dari belakang. Mataku menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter didepan. Aku mulai teringat betapa gubuk itu pernah kutempati beberapa tahun lamanya dan Erik..... Erik......

Aku meninggalkan Erik di sana 10 tahun yang lalu. Dengan perasaan sedih aku pun berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka pintu yang terbuat dari bambu itu. Gelap sekali... Tidak terlihat sesuatu apa pun! Perlahan mataku mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan kecil itu.

Namun aku tidak menemukan siapa pun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Aku mengambil seraya mengamatinya dengan seksama... Mataku mulai berkaca-kaca, aku mengenali betul potongan kain tersebut, itu bekas baju butut yang dulu dikenakan Erik sehari-hari, baju butut yang kadang aku sendiri jijik mencucinya......

Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan, aku pun keluar dari ruangan itu... Air mataku mengalir dengan deras. Saat itu aku hanya diam saja. Sesaat kemudian aku dan suami mulai menaiki mobil untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, tiba - tiba aku melihat seseorang di belakang mobil kami. Aku sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor.

Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali aku tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.

"Heii...! Siapa kamu?! Mau apa kau ke sini?!"

Dengan memberanikan diri, aku pun bertanya, "Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Erik yang dulu tinggal di sini?"

Tiba - tiba Ia menjawab, "Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk! Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Erik terus

menunggu ibunya seraya memanggil, 'Mamaaa..., Mamaaa!'

Karena tidak tega, saya terkadang memberinya makan & mengajaknya tinggal bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Erikmeninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahunhanya untuk menulis ini untukmu....."

Saya pun membaca tulisan di kertas itu...

"Mama, mengapa Mama tidak pernah kembali lagi...? Mama benci ya sama Erik? Ma...., biarlah Erik yang pergi saja, tapi Mama harus berjanji ya, kalau Mama tidak akan benci lagi sama Eric. Udah dulu ya Ma, Erik sayaaaang sama Mama, ......"

Aku menjerit histeris membaca surat itu. "Bu, tolong katakan... katakan di mana ia sekarang? Aku berjanji akan meyayanginya sekarang! Aku tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!" Suamiku memeluk tubuhku yang bergetar sangat keras.

"Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Erik telah meninggalkan dunia. Ia meninggal persis di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mama-nya datang, Mama-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana ...

Ia hanya berharap dapat melihat Mamanya dari belakang gubuk ini... Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya disana. Nyonya, dosa Anda sungguh tidak terampuni!"
Aku kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi..
(Kutipan dari Anonimus)

Lomba Cerpen Islami ala Annida Online

 Assalamu’alaikum..
Dalam rangka menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan 1432 Hijriyah, Annida Online bekerjasama dengan SMG Publishing akan menyelenggarakan perlombaan menulis cerpen dengan setting Ramadhan. Ikutan yuk..ni dy persyaratannya..^^
1. Waktu Pelaksanaan Lomba
Penjaringan karya dibuka pada 10 Juni-31 Juli 2011.
Pengumuman pemenang dilakukan pada 17 Agustus 2011
2. Tata Cara Perlombaan
Syarat dan Ketentuan Peserta:
a. Peserta merupakan muslim dan muslimah
b. Peserta tidak dibatasi usia, jenis kelamin, warga negara, dan tempat tinggal
c. Tiap peserta boleh mengirim lebih dari satu naskah
Syarat dan Ketentuan Naskah:
  • Naskah yang diperlombakan merupakan naskah original, bukan saduran maupun plagiat, dan tidak pernah dikirim atau dipublikasikan di media mana pun.
  • Tema karya bebas, boleh persahabatan, keluarga, lingkungan hidup, cinta, politik, sains, fantasy, namun harus mengambil seting waktu Ramadhan (porsi bebas)
  • Tiap 1 judul naskah menyertakan guntingan buku Antologi 12 Cerpen Annida Online yang diterbitkan oleh SMG Publishing. (Pembelian melalui Bookcity, harga 35 ribu, atau pemesanan melalui sms: 0838-98-07-9008, format: Antologi-Daerah tempat tinggal-Bank untuk ditransfer (Tersedia: BRI/BSM/BNI/BCA)
  • Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik (bukan bahasa alay)
  • Naskah tidak mengandung pornografi, pornoaksi, bahasa vulgar, dan pertentangan SARA
  • Naskah diketik dengan huruf Times New Roman, 12 pt, Spasi 1,5
  • Naskah diprint pada kertas A4 dengan mencantumkan nomor halaman di sebelah kanan bawah
  • Pada lembar naskah tidak dicantumkan nama penulis
  • Tiap 1 naskah disertai fotocopy KTP/SIM/ Kartu Pelajar/ Kartu Mahasiswa dan 1 formulir lomba yang didownload dari www.annida-online.com (boleh diprint hitam putih dan difotocopy)
  • Peserta boleh mengirim lebih dari 1 naskah pada amplop yang sama (dengan persyaratan lengkap: formulir dan guntingan buku Antologi 12 Cerpen Annida)
  • Naskah diterima oleh panitia selambatnya 31 Juli 2011
  • Pengumuman pemenang akan disampaikan di www.annida-online.com pada 17 Agustus 2011
Juara 1: Rp. 450.000+Sertifikat+Bingkisan (Merchandise Annida Online)
Juara 2: Rp. 350.000+Sertifikat+Bingkisan (Merchandise Annida Online)
Juara 3: Rp. 250.000+Sertifikat+Bingkisan (Merchandise Annida Online)
(Hadiah sudah termasuk honor pemuatan cerpen di Annida Online)
Juara Harapan (3 orang):
@ Sertifikat+Bingkisan (Merchandise Annida Online)+Honor pemuatan di Annida Online
m. Naskah diKirimkan ke alamat:
Panitia Cerpen Ramadhan Annida-Online
Jl. Mede No. 42 Utan Kayu Jakarta Timur